Selasa, 20 April 2010

Laporan dari Sharing Pengalaman “Bagaimana Memulai dan Mengembangkan Usaha”

Kemajuan suatu Negara ditentukan seberapa besar jumlah wirausahawan di Negara tersebut. Negara dengan ekonomi terbesar, Amerika Serikat, memiliki 17% penduduk yang menjadi wirausahawan, sementara Indonesia hanya 0,18%.Hal ini disampaikan Ibu Nila Meyta Assistant Vice President Micro Business Group Bank Mandiri dalam Sharing Pengalaman “Bagaimana Memulai dan Mengembangkan Usaha”,yang diadakan Locus Entrepreneurship pada hari Sabtu tgl 17 April 2010 bertempat di Ruang Sidang PGI, Jakarta Pusat.

Menurut beliau, untuk mendorong meningkatnya jumlah generasi muda yang terjun ke dunia wirausaha, Bank Mandiri mengadakan program Wirausaha Muda Mandiri yang memiliki beberapa persyaratan antara lain: berusia kurang dari 35 tahun, masih bersatus mahasiswa, Lulus S1 atau sedang menjalani program pendidikan S2. Kategori yang diperlombakan adalah Boga, Kreatif, serta Industri dan Jasa. Hadiah yang disediakan sebesar Rp 20-25 juta. Beberapa kriteria penilain antra lain adalah usaha tersebut sudah berjalan minimal 1 tahun, bagaimana cara mereka mengelola usahanya, bagaimana pemberdayaan yang dilakukan terhadap masyarakat sekitar, serta sumber daya yang dipakai. Kepada mahasiswa pemenang akan diberikan beasiswa sebesar Rp 500 ribu per bulan. Peserta Wirausaha Muda Mandiri tidak perlu harus sudah punya badan hukum seperti CV dan PT.

Hingga saat ini sudah ada sekitar 3250 wirausaha muda yang direkrut Bank Mandiri. Beberapa yang sudah berhasil misalnya Sinta umur 23 tahun berbisnis Keripik pisang Lampung dengan modal awal Rp 600 rb,dan kini memiliki omset Rp 1,8 milyar. Sinta juga memanfaatkan kulit pisang sebagai makanan ternak dan minyak hanya dipakai 3 kali dan selanjutnya diberikan ke pegawai yang merupakan masyarakat sekitar. Selain itu, ada Elang Gumilang,seorang mahasiswa dari Bogor berusia 24 tahun yang kini memiliki proyek senilai Rp 24 milyar. Untuk mensiasati sulitnya mendapatkan modal dari perbankan, Elang meminjam ke teman-temannya yang cukup berada dengan sistem bagi hasil.

Untuk yang berusia di atas 35 tahun ada penyaluran pembiayaan maksimum 20 juta dengan bunga 6% per tahun flat. Bank Mandiri juga memberikan pembinaan berupa coaching, promosi usaha, pameran serta publikasi di majalah. Pembinaan (capacity building ) yang dilakukan dalam hal marketing, finance,packaging yang bagus seta training yang dibiayai oleh Bank Mandiri. Program promosi yang dilakukan antara lain mengirim peserta ke luar negeri hingga 6 kali setahun agar ada buyer yang membeli produk mitra binaan.

Pembicara kedua, Richard Tampubolon berbisnis di bidang pengadaan kue-kue basah. Sebelumnya beliau bekerja di perusahaan kontraktor Pertamina. Namun pekerjaan kontraktor yang bersifat proyek yang berpindah-pindah sesuai lokasi proyek, membuat dia ingin mencari pekerjaan yang bersifat menetap. Mula-mula dia masuk ke bidang sembako, namun kurang berhasil karena belum sepenuhnya Setelah menikah tahun 1999, Richard dan istrinya mencari dagangan yang bisa laku. Mula-mula mereka jualan kolak dan cocktail dengan modal mulai dari beberapa puluh ribu rupiah. Karena dagangannya laris, mereka termotivasi untuk menambah jualan. Tahun 2000- 2004, mereka mengambil kue dari Pasar Senen dan menjualnya kembali.

Tahun 2007, Richard mulai memproduksi sendiri makanan seperti pastel,risol,kue lapis legit. Hal ini disebabkan pada saat Natal, lebaran dan Tahun baru harga-harga naik sehingga langganannya lari. Prinsipnya adalah bagaimana membuat penganan yang layak, enak, tepat waktu dan harga bersaing. Saat ini Toko Kue Sri Ratu rezeki memasok kue seperti cheese cake ke toko kue menengah ke atas. Untuk kalangan bawah mereka menjual antara lain di Pasar Senen, Blok M Square. Impian Richard berikutnya adalah membuat kue oleh - oleh khas Jakarta berupa kue lapis legit. Saat ini omset per hari kuenya mencapai 3-6 juta rupiah per hari, dengan didukung 20 orang karyawan, diantaranya 10 orang karyawan produksi.

Pembicara ketiga, Ir. Henry Sadikin adalah seorang mantan aktivis mahasiswa di Palembang. Setelah lulus tahun 1982, beliau bekerja di sebuah perusahaan bidang industri kimia. Setelah menjadi sales supervisor selama 3 bulan, dia kemudian naik menjadi asistan manager dan mengikuti tender ke seluruh Indonesia. Dari diskon penjualannya yang didapatnya, beliau mendapatkan keuntungan yang cukup besar hingga mencapai Rp 15 juta rupiah dan langsung dibelikan rumah yang pada saat itu masih berharga Rp 16 juta. Namun di tahun 1988 mulai terjadi mutasi di perusahaan karena ada anggota keluarga pemilik perusahaan yang masuk.. Untuk mengetes apakah customer lebih percaya kepada marketing atau perusahaan, beliau bertanya papakah boleh membawa barang yang bukan produk perusahaannya. Customer tidak keberatan. Akhirnya , beliau mengambil dari perusahaan lain dan menjualnya kepada perusahaan tersebut. Keuntungannya bisa membeli 1 bh mobil. Setelah bergumul selama 1 bulan, akhirnya beliau memutuskan keluar dari perusahaan. Petanyaan terberat sebelum memutuskan keluar adalah bagaimana kalau kalau pada penawaran berikutnya tidak ada yang laku? Setelah bisa menjawab tidak apa-apa kalau tidak laku, barulah beliau membulatkan tekad untuk keluar. Pak Henry kemudian mendatangi asosiasi-asosiasi pengusaha untuk mendapatkan alamat perusahaan-perusahaan anggotanya di seluruh Indonesia.

Meski jumlah peserta tidak terlalu banyak, namun suasana pada sesi tanya jawab cukup hidup dan seru. Mereka antara lain menanyakan bagaimana mengembangkan jaringan. Menurut Ibu Nila, cara –cara untuk mengembangkn jaringan antara lain bertemu dengan teman-teman yang berbisnis sama, menghubungi departemen terkait, mendatangi pebisnis sejenis yang lebih tinggi, bertemu dengan asosiasi perusahaan, mengikuti pameran ,membawa kartu nama untuk diberikan saat berkenalan. Henry Sadikin memaparkan kiatnya antara lain dengan mengajak kenalan orang di mana saja dan kemudian melihat apakah ada peluang bisnis yang kemungkinan dibuat dengan orang tersebut. Selain itu, menurut pak henry, di kursus bahasa Inggeris yang dikelola keluarganya di Palembang, mereka menerapkan system mengirim siswa terpilih 15 orang ke Singapura setiap tahun. Dengan mengirim 15 orang, kursus mereka bisa mendapatkan 6000 siswa. Untuk menghindari kebosanan, kursus juga dibuat di taman-taman.

Para peserta yang masih berusia muda namun sudah memiliki bisnis sendiri mengajukan pertanyaan menyangkut pengembangan usahanya. Misalnya Satya, memiliki usaha keripik Lele menanyakan bagaimana caranya membangun Branding khususnya keripik lele dan bagaimana menangani resiko yang ada? Menjawab pertanyaan ini, ibu Nila menjawab ada beberapa langkah yang perlu dilakukan, misalnya membuat produk yang Unik, membuat kemasan yang menarik (eye catching), melakukan bisnis online, mengikuti Asosiasi pengusaha seperti HIPMI,, berani jatuh bangun membangun usaha , kreatif dalam membangun usaha, misallnya ada lomba pemancingan dengan hadiah yang menarik.

Untuk pengelolaan keuangan, harus jelas pembedaan antara keuangan pribadi dan perusahaan. Caranya dengan membuat beberapa buku tabungan untuk pribadi, usaha dan keluarga. Tabungan untuk keperluan sehari-hari sebaiknya dibuat secukupnya saja. Pengusaha juga harus membuat Cash Flow setiap bulan. Bila ada kelebihan dana, agar dicari instrument investasi untuk penyeimbang resiko dengan return tinggi tapi resiko bisa dijaga.

Nelson, seorang guru yang membuka Kursus Bahasa Inggeris dan musik selama belasan tahun namun merasakan dirinya tertinggal jauh dari temannya yang sudah memiliki puluhan tempat kursus di berbagai kota. Pak Henry menyarankan agar Nelson tidak lagi mengajar, tapi lebih fokus untuk mengurus managemen kursus dan pengembangannya. Hal ini sama dengan yang dilakukan orangtuanya ketika memulai kursus dengan mengajar sendiri, tapi ketika murid mulai bertambah, dia merekrut guru lain dan lama-lama tidak lagi terlibat dalam mengajar.

Seorang pegawai negeri yang ikut sharing menyatakan bahwa sebenarnya yang harus dimiliki seseorang yang ingin terjun ke dunia wirausaha adalah mindset sebagai pengusaha. Dengan mindset itulah dia, sebagai pegawai negeri, meminjam dari Bank untuk membangun tempat kos. Dengan masa pinjaman 15 tahun dengan cicilan rp 6 jt per bulan ,dia bisa mendapatkan pemasukan 12 juta bersih setelah dipotong cicilan.

Dari hasil paparan narasumber dan dialog, dapat disimpulkan ada beberapa hal penting yang dibutuhkan untuk memulai dan mengembangkan usaha. Yang pertama adalah mindset sebagai pengusaha, adanya kreatifitas, jaringan, modal, management , produk yang unik, dan mengupayakan biaya tetap kecil. Hal-hal tersebut merupakan hal pokok yang dapat mendukung siapa saja yang ingin mulai terjun sebagai wirausahawan maupun untuk mengembangkan usaha-usaha yang sudah berjalan sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik di masa depan. Semoga wirausahan muda Indonesia semakin maju!

*Locus Entrepreneurship mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu terselenggaranya acara ini, khususnya Bank Mandiri, CV Karya Anugerah, Toko Kue Sri Ratu Rezeki, PP GMKI, PGI, Eva Sagune (Bank Mandiri), Samuel Pasaribu (Telkomsel), dan seluruh peserta. Acara berikutnya dijadwalkan tgl 5 Juni 2010, dengan topik dan tempat yang akan diinformasikan kemudian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar