Selasa, 03 Januari 2012

Pentingnya Kreatifitas Dalam Bisnis



Keluhan yang paling sering diungkapkan orang yang ingin memulai usaha adalah keterbatasan modal.Modal dipandang sebagai kunci pembuka orang bisa masuk ke dalam dunia usaha. Tanpa ketersediaan modal, baik modal sendiri maupun pinjaman maka tidak mungkin orang memulai suatu usaha apalagi untuk bisa berkembang sebagaimana yang telah dicapai para pengusaha yang ada saat ini.

Walau tidak menafikan pentingnya modal finansial, namun sesungguhnya banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk memulai usaha. Beberapa pengusaha yang memulai usaha dari nol justru tidak dibekali keuangan yang memadai saat membuka usaha. Mereka memulai dengan apa yang ada pada mereka saat itu dan kemudian mengembangkannya secara bertahap. Salah satu contohnya adalah Prof. M.Suyanto, pendiri Sekolah Tinggi Manajemen Ilmu Informatika AMIKOM Yogyakarta (www.amikom.ac.id) dan berbagai jenis usaha lainnya, yang dipilih UNESCO tahun 2009 sebagai percontohan perguruan tinggi swasta dunia yang mengunakan Model Private Entrepreneur bersama University of Phoenix dari Amerika Serikat.

Dalam bukunya berjudul “Setiap Orang Bisa menjadi Pengusaha Sukses” (Penerbit Andi Yogyakarta,2011) Bpk. M.Suyanto memaparkan pengalaman memulai bimbingan belajar Primagama, STMIK AMIKOM, PT. Time Excellindo-perusahaan penyedia jasa Internet (ISP), Radio Qolbu FM, dll. Menurut Prof. M.Suyanto, kiat memulai dan mengembangkan usaha bisa diringkas dalam akronim SMART IN Entrepreneur. SMART merupakan singkatan dari S ( Sikap Positif) M (Menciptakan Mimpi dan Mulai Mengejarnya), A(Ambil langkah untuk memulai bisnis), R(Rahasia Melambungkan Bisnis), T (Terima Kegagalan sebagai Pelajaran).

  1. Miliki sifat Positif

Memiliki Sifat Positif maksudnya kita harus melihat sisi kebaikan dari segala sesuatu masalah atau kendala yang kita hadapi. Contoh sikap positif,ketika AMIKOM baru berdiri dengan membuka program Diploma Tiga, Universitas Gajah Mada juga membuka program serupa. Tapi Suyanto tidak mengeluh seperti banyak perguruan tinggi swasta lain. Suyanto justru melihatnya sebagai peluang ,karena mahasiswa yang mendaftar ke UGM ada 2000 orang sementara kapasitas mahasiswa yang bisa diterima hanya 200 orang. Berarti ada 1800 calon mahasiswa lain yang tidak bisa diterima di UGM. Maka Suyanto beserta timnya mencari tahu jadwal tes yang diadakan UGM. Ketika calon mahasiswa selesai tes, timnya langsung memnyebarkan brosur AMIKOM kepada peserta tes dengan harapan mereka yang tidak lolos tes di UGM akan mendaftar di AMIKOM..

Ketika terjadi krisis, AMIKOM tetap memasang iklan karena memperhitungkan bahwa ketika terjadi krisis sebagian masyarakat kalangan atas akan turun ke kalangan menengah dan kalangan menengah akan turun ke tingkat bawah. Karena AMIKOM membidik mahasiswa kalangan menengah ke bawah berarti persentase calon mahasiswa akan meningkat. Hasilnya di masa krisis tersebut mahasiswa yang mendaftar di AMIKOM justru meningkat 20% dari tahun sebelumnya.

2. Menciptakan mimpi dan Mulai Mengejarnya

Langkah kedua menjadi entrepreneur adalah menciptakan mimpi (visi) dan berusaha mencapainya. Mimpi bisa menciptakan energy yang sangat besar. Mimpi Suyanto ketika memulai AMIKOM dengan gedung sewa yang sederhana adalah ingin menjadikan AMIKOM sebagai Perguruan Tinggi komputer terbaik di Indonesia. Banyak orang yang mengejek mimpi atau visinya tersebut. Namun dengan kerja keras pada tahun ketiga sudah bisa meraih mahasiswa sejumlah 639 orang.

Dalam mencapai mimpi tersebut tentu tidak bisa sekaligus namun harus bertahap. Setelah AMIKOM berubah menjadi Sekolah Tinggi, jumlah mahasiswa terus meningkat sehingga harus membangun gedung setiap tahun. Tahun 2007 jumlah mahasiswanya mencapai 8672 orang sehingga menjadi STMIK dengan jumlah mahasiswa terbanyak di Indonesia.

3. Ambil langkah untuk memulai Usaha

Langkah ketiga dalam memulai bisnis adalah segera memulai bisnis meskipun dalam skala yang kecil. Tahap ini merupakan yang paling sulit sehingga banyak orang tidak berani mencoba. Memulai bisnis membutuhkan energi paling besar, namun jika sudah berjalan energi yang dibutuhkan relatif kecil. Sebagai contoh ketika memulai bimbingan belajar Primagama bersama Purdi Chandra, mereka hanya memiliki 2 orang siswa yang mendaftar. Dengan 2 siswa yang membayar, mereka meminta 3 orang tetangganya untuk ikut kursus gratis agar bimbingan belajarnya terlihat ramai. Namun untuk ketiga siswa gratisan tersebut diminta syarat mereka harus membawa motor ke tempat kursus. Para siswa tetangga tersebut semula menolak karena rumah mereka dekat bimbingan belajar sehingga cukup jalan kaki. Namun Suyanto tetap mendesak harus pakai motor. Akhirnya dengan 5 motor siswa dan 1 motor guru maka di depan tempat bimbingan belajar parkir 6 buah motor dan cukup membuktikan kepada khalayak bahwa kegiatan belajar mengajar sudah berjalan.

Dalam memulai bisnis tidak selalu harus dengan memuliki uang tunai. Kesulitan seperti tidak memiliki uang yang cukup seringkali justru mendorong kreatifitas. Sebagai contoh ketika memulai kursus komputer, M.Suyanto membuat Program Pendidikan Komputer satu tahun dilengkapi praktik bisnis dan kewirausahaan.. Ketika para siswa bertanya koq kursus computer tapi tidak ada komputernya ? Suyanto menjawab bahwa selama 1 bulan mereka akan mengikuti pendidikan bisnis praktis dan kewirausahaan, setelah itu baru belajar komputer. Karena ini adalah pelatihan kewirausahaan dan computer, jadi yang diutamakan adalah pembentukan jiwa kewirausahaan dulu baru pengetahuan komputer. Maka Achievement Motivation Training pun diberikan selama 1 bulan. Setelah lewat 1 bulan dan siswa membayar uang kursus ,barulah Suyanto membeli kredit komputer 12 buah dari hasil uang kursus siswa.

PT Time Excelindo yang bergerak di bidang jasa penyedia jasa internet ((ISP) juga dimulai tanpa uang tunai. Pada awalnya, M.Suyanto meminta pegawainya untuk menawarkan bandwidth yang dimiliki AMIKOM kepada perusahaan dan institusi. Bila ada yang memesan, barulah si karyawan tadi membeli tambahan bandwidth sebesar permintaan perusahaan tersebut. Perusahaan ini kemudian berkembang hingga menangani proyek-proyek besar seperti CCTV Cargo System dan Crisis Centre System Bandara Soekarno-Hatta.

4. Rahasia Melambungkan Bisnis

Untuk mengembangkan bisnis,M.Suyanto menerapkan beberapa strategi bisnis. Pertama, menerapkan pendekatan yang berbeda dan Unik. Misalnya pada saat memulai bmbingan belajar Primagama, mereka menerapkan semboyan Jaminan Diterima. Peserta hanya dikenakan uang pendaftaran Rp 10.000,-, sedangkan uang kursus dibayar jika mereka diterima nanti di Universitas sejumlah yang mereka janjikan di awal. Bila mereka tidak diterima, maka mereka tidak perlu membayar. Mengingat banyak peserta yang mendaftar sementara lokasi terbatas, mereka menerapkan seleksi sehingga yang ikut bimbingan dengan sendirinya adalah siswa-siswa yang memang sudah pintar.

Kedua, Strategi Komunikasi dengan Strategi Positioning, yakni menempatkan produk di posisi yang baik di benak pelanggan. Ketika pengumumanan tes perguruan tinggi, hampir 90% siswa Primagama diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Mereka langsung membuat iklan ucapan selamat di Harian Kedaulatan Rakyat. Iklan ini menaikkan citra Primagama di mata konsumen sehingga murid yang mendaftar berikutnya semakin banyak. Primagama membuat semboyan “Terdepan Dalam Prestasi” untuk memperkuat posisi mereka di benak customernya.

Ketiga, berupaya agar perusahaan menjadi yang pertama dalam ingatan pelanggan. Contohnya Ketika AMIKOM , mereka membuat semboyan AMIKOM “Tempat Kuliah Orang Berdasi”. Semboyan ini sangat unik sehingga mudah diingat masyarakat. Tapi seringkali juga diledek menjadi “Tempat Kuli Berdasi”. Tujuan penerapan pemakaian dasi bagi mahasiswa selama kuliah 3 tahun adalah untuk mempersiapkan mereka agar ketika mereka lulus dan masuk ke dunia professional mereka sudah terbiasa dengan mengenakan dasi. Dasi adalah lambing dunia professional.

Keempat, Strategi Berpindah dari Samudera Merah ke Samudera Biru. Ciri-ciri strategi samudera merah adalah bersaing dalam pasar yang sudah ada dan dikenal,menggunakan aturn persaingan yang sudah diketahui, berupaya mengalahkan lawan untuk memperoleh pembeli yang lebih banyak. Ketika pasar sesak keuntungan dan pertumbuhan berkurang sehingga persaingan yang sangat ketat membuat yang menang maupun yang kalah sama-sama berdarah. Dalam strategi Samudera Biru yang diperkenalkan W. Chan Kim dan Renee Mauborgne, perusahaan berupaya menciptakan pasar yang belum ada pesaingnya.Untuk bisa berkembang perusahaan tidak perlu bersaing atau membuat persaingan tidak relevan dengan menciptakan inovasi nilai bagi pembeli.

Kelima, Strategi Memilih Pasar. Ketika memulai PT Time Excellindo, M. Suyanto menyarankan kepada penangung jawab agar memilih pasar institusi atau perusahaan sebagai target market dibanding pasar individu atau retail. Dengan memilih pasar Institusi, perusahaan melayani pelanggan yang lebih sedikit tapi dengan omset yang jauh lebih bear. Dengan usaha yang dimulai tanpa modal, PT Time Excellindo sekarang bisa meraih omset Rp 20 milyar per tahun.

Keenam, mewujudkan Sinergi. Ketika STMIK AMIKOM membuka jurusan multimedia, M. Suyanto menulis 2 buah buku yang berkaitan dengan multimedia. Buku tersebut kemudian diterbitkan Penerbit Andi Yogyakarta dengan mencantumkan juga logo SMIK Yogyakarta. Penerbitan buku dan pencantuman logo tersebut secara otomatatis mendongkrak citra STMIK di mata masyarakat.

Prof.M.Suyanto juga kemudian membentuk PT Mataram Surya Visi untuk memperkuat kompetensi STMIK AMIKOM dalam bidang multimedia sekaligus laboratorium belajar bagi mahasiswa STMIK sehingga pada saat lulus mereka bisa mudah mendapatkan lapangan kerja ataupun membuka usaha sendiri. PT Mataram Surya Visi semula bergerak di bidang multimedia dan periklananan, kemudian berkembang membuat profil dan iklam lembaga pemerintahan dan perguruan tinggi dan pembuatan film Animasi. STMIK AMIKOM sangat senang bila alumni STMIK bisa membuka usaha sendiri, karena biasanya mereka akan menarik karyawan dari adik tingkatnya sendiri, sehingga akan membantu meringankan beban STMIK dalam menyalurkan lulusannya.

5. Terima Kegagalan sebagai Pelajaran

Dalam bisnis sebenarnya tidak ada konsep kegagalan. Sama seperti anak-anak yang ketika belajar berjalan sering terjatuh namun selalu berupaya berjalan kembali tanpa putus asa. Ketidakberhasilan mencapai taget semestinya dianggap sebagai suatu masukan yang harus dipelajari penyebabnya. Harus dihindari sikap saling menyalahkan antara rekan setim maupun antara atasan dan bawahan bila terjadi kondisi yang tidak diharapkan. Ketika memulai bimbingan tes Primagama dan hanya mendapatkan 2 murid, M. Suyanto dan Purdi Chandra menggratiskan 3 orang murid sebagai sedekah. Kemudian mereka juga membuka pendaftaran pada hari Minggu. Tidak terduga ada 14 orang yang mendaftar di hari minggu itu. Ketika tulisannya ditolak oleh surat kabar dan penerbit, Prof. M.Suyanto tidak putus asa hingga akhirnya bisa melahirkan banyak buku yang berkaitan dengan manajemen dan teknlogi informasi.

Kesimpulan

Dari lima langkah yang diterapkan Prof. M.Suyanto kita melihat semuanya, berkaitan dengan mentalitas dan kreativitas individu. Dari memulai bimbingan tes dengan murid 2 orang hingga membuka Sekolah Tinggi yang memiliki mahasiswa ribuan orang sarat dengan pemikiran kreatif untuk menyisiasati keadaan atau kesulitan yang dihadapi. Keterbatasan modal seringkali memicu kreativitas. Kreativitas pada gilirannya akan melahirkan modal yang dibutuhkan untuk pengembangan.

Bekasi, 17 November 2011

Rihat Hutagalung